Part 2
“Buku ini sangat tebal, isinya apa saja ya?” aku
mulai penasaran, kucoba buka lembaran pertama. “Aklusius binezta!”, “dimana topiku?
Bukannya tadi aku pake?” setelah kubaca ternyata itu mantra penghilang benda di
sekitar kepala. Ternyata baca buku ini seru juga, setelah beberapa hari aku
sudah menguasai 142 mantra sihir. Ketika aku membaca buku itu kudapati sebuah
kalimat yang berisi “JIKA SUDAH MENGUASAI 150 MANTRA, KAMU AKAN MENDAPAT SEBUAH
KEJUTAN”. Sontak aku kaget, apa itu benar?. Ku coba menghafalkan 8 mantra lagi.
“Hmm.. “ dari buku itu keluar cahaya yang sangat terang sampai membuat aku tak
bisa melihat. Datang seorang laki-laki
seusiaku, dia mengenakan baju seperti penyihir itu. “Siapa Kamu?” ,”Aku Kiki,
Aku siswa AIRSKY dan Aku datang untuk mengajakmu pergi ke AIRSKY ,”dia
menjulurkan tangannya. “Aku gak bisa, Aku belum siap,” kata-kata tadi seperti
keluar dengan sendirinya dari mulutku. Dia terdiam sejenak, “baiklah esok aku
akan datang untuk mengajakmu dan kamu gak akan bisa kabur,” dia langsung
menghilang dengan sendirinya. Aku harus bagaimana? Apakah aku harus
meninggalkan kedua orang tuaku? Arrghh.. aku akan memilih.
Sepulang
sekolah, aku mampir dulu ke rumah guruku. Beliau bertanya kemana anak-anak yang
gak masuk, aku jawab tidak tau. “Anak-anak kemana Ra, benar kamu tidak tau?
Bukankah kamu tau setiap anak yang sekolah di sekolah kita?” tanya guruku
sambil membawakan teh panas, “benar Pak, aku gak tahu Pak, kali ini aku
benar-benar tidak tahu” jawabku dengan sedikit ketus. Bruak...! “siapa itu?”
bentak guruku, aku pun kaget. “Pak, saya harus pergi sekarang,” tanpa mendengar
jawaban guruku, aku segera berlari keluar. Seolah-olah ada yang mengikutiku,
kali ini pasti penyihir itu. Aku rasa dia akan menangkapku. Kemana dia?
Bukankah tadi ada dibelakangku? Aku ingat, bukankah dia bisa sihir dan pasti
dia menghilang dengan menggunakan mantra itu. Tanpa basa-basi kugunakan mantra
penghilang seperti yang digunakan penyihir itu, “gloria kadzam”. Ku percepat
langkahku agar cepat sampai di rumah. Setibanya di rumah, aku bergegas naik ke
kamar. Baru ingatlah aku jika Kiki akan datang lagi, aku harus berpamitan
dengan kedua orang tuaku. Segera aku turun dari kamarku menuju ruang keluarga,
tepat di ruang keluarga. Ku tarik napas panjang, aku akan berpamitan. Tapi aku gak bisa ngucapinnya, aku takut
membuat ayah dan ibu kecewa dan marah padaku. Kuberanikan diri, ini demi semua anak-anak
yang ada di luar sana.
“Ayah, Ibu, aku mau ngomong,”
“Ngomong apa nak?” jawab ayahku yang mulai
penasaran
“Yah, Bu aku mau pergi untuk 5 bulan ini, aku
harus menguasai sihir untuk menghancurkan penyihir itu,”
“Penyihir? Siapa Ra? Pergi kemana, jangan pergi
ninggalin kami nak!”
“Orang itu Yah, maaf aku harus pergi sekarang.”
Aku pun berlari meninggalkan kedua orang tuaku itu, tetesan air mataku
berjatuhan di lantai.
Cahaya
itu datang lagi, Kiki pun datang. “Siap?” tanyanya, “ya, aku siap” aku sedikit
tidak yakin. Kiki menjulurkan tangannya, aku pun merespon. Cahaya itu datang
lagi, tapi setelah cahaya itu pergi aku sudah berada di suatu tempat yang
sangat indah. “Welcome to AIRSKY girl!, ayo ikut aku” Kiki menarik tanganku dan
mengajakku ke dalam tempat itu. “Siapa namamu manis?” Kiki membuat ku sedikit
malu dan nervous, “Aku Rara, a aku diajak kemana nih?”. “Nama yang bagus, kita
akan bertemu guruku”. Ketika sampai di depan pintu besar, kakiku terasa lemas
aku sudah tidak bisa merasakan apa pun.